Pesan Pendidikan Lewat 3 Idiots
3 Idiots adalah salah satu film yang mampu menghipnotis saya untuk memperhatikan sampai film tersebut selesai. Malahan jujur saya sampaikan, saya menonton film tersebut sampai tiga malam berturut - turut.
Ada beberapa pesan yang bisa kita petik dai film tersebut, semagat seorang Ranchodas Syamaldas Chanchad (selanjutnya dipanggil Rancho, diperankan oleh Aamir khan) untuk menuntut ilmu dengan gaya yang sangat unik yang mampu merubah hidup kedua sahabatnya (Farhan dan Raju).
Menyoal Pendidikan Untuk Si Miskin
Pada setiap tahun ajaran baru, dapat kita saksikan pemandangan menarik; penerimaan siswa baru dari tingkat TK-SLTA, juga mereka yang berebut kursi di bangku perguruan tinggi. Bagi kalangan menengah ke atas, tidak terlalu menjadi masalah bagaimana mereka bisa melanjutkan pendidikan. Dengan NEM yang mereka miliki serta dana yang tersedia, mereka dengan mudah dapat meraih kursi di sekolah yang diidamkan.
Jauh sebelum ujian, mereka mempersiapkan diri dengan les privat, bimbingan tes dan berbagai kursus untuk meraih NEM tinggi. Sementara anak-anak yang berasal dari keluarga miskin, mereka pasti mengalami kesulitan. Berbekal NEM yang rendah dan dana serba terbatas, praktis mereka tidak mempunyai pilihan. Bahkan, sekalipun NEM memadai untuk melanjutkan ke sekolah bermutu, mereka tidak akan pernah bisa masuk dengan persyaratan yang rumit serta biaya yang mahal.
Ada Apa Dengan UN ?
Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan pemerintah sebagai alat pengendali mutu pendidikan secara nasional yang bisa menjadi bahan pertimbangan untul melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan standar nilai tertentu diharapkan mampu memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia.
Standar nilai rata-rata UN untuk tahun 2011 yaitu 5,5 untuk mata pelajaran yang di UN-kan. Apakah standar rata-rata tersebut bisa dikatakan menjamin mutu pendidikan kita?
Bukankan nilai 5,5 adalah nilai di bawah standar kalau di ujian semester biasa (standar nilai 10)?
Kalau dilihat sepintas tentunya untuk mendapatkan standar nilai tersebut sangat mudah. Bukankah demikian?
Perlukah Anak-Anak Mendapat Hukuman Badan?
Melihat anak berbuat salah, orang tua ataupun guru sering tak kuasa untuk tidak memberikan hukuman badan pada si anak.
Padahal, hukuman fisik itu belum tentu perlu. Sebab, hukuman macam ini justru sering berdampak buruk. Ada cara lain yang lebih baik dan patut dianut.
Kita masih ingat, pada tahun 1960-an atau 1970-an, masih banyak orang tua yang menghukum anak dengan sabetan gagang kemucing atau sapu, hanya gara-gara anak memecahkan piring murahan, tidak mau disuruh ke warung atau mengerjakan PR. Atau kalau di sekolah, ada guru yang menghukum anak push up sampai pucat pasi lantaran terlambat datang. Pikir mereka, si anak bakal jera melakukan kesalahan yang sama.